Leisure

Drakor Pyramid Game Makin Populer, Sekolah-Sekolah di Korea Selatan Justru Cemas, Kok Bisa?

Drakor Pyramid Game mencemaskan sekolah di Korea Selatan.


Drama Korea produksi TVING Pyramid Game mulai tayang perdana pada tanggal 29 Februari dan popularitasnya terus meningkat.

Namun sekolah-sekolah di Jeonju nampaknya mengkhawatirkan dampak yang mungkin ditimbulkannya terhadap pemirsa muda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jadi, banyak dari lembaga-lembaga ini yang mengirimkan surat panduan kepada orang tua, mengungkapkan keprihatinan dan meminta orang tua untuk melibatkan dan membimbing anak-anak mereka secara aktif.

Menurut laporan pada tanggal 21 Maret, KST, beberapa sekolah dasar dan menengah di Korea, khususnya di Jeonju, telah mengeluarkan “Surat Panduan” untuk mencegah peniruan aksi dalam drama Korea Pyramid Game oleh siswa.

Dalam panduan tersebut, pihak sekolah menyatakan fenomena perundungan kelompok yang disamarkan sebagai permainan sedang merebak di sekolah-sekolah akibat K-Drama ‘Pyramid Game’ yang baru-baru ini dirilis di TVING.

Baca Juga: Jadi Duta Greenpeace, Begini Nasib Ryu Jun Yeol Sekarang

‘Pyramid Game’ membahas masalah klasifikasi dan kekerasan di sekolah. Dalam cerita itu, para siswa dibagi menjadi beberapa peringkat.

Akibatnya, siswa dengan nilai lebih rendah diintimidasi oleh siswa dengan nilai lebih tinggi.

Surat tersebut juga menambahkan bahwa meskipun peniruan berdasarkan acara ini mungkin awalnya hanya permainan sederhana, kemungkinan besar akan menghasilkan kekerasan di sekolah yang serius, sehingga menjadikan siswa tertentu menjadi sasaran.

Dalam surat tersebut, mereka meminta para orang tua untuk memperhatikan dengan baik agar game ini tidak menjadi wadah perundungan dan kekerasan.

K-Drama Pyramid Game menceritakan kisah Kelas 2-5 di Baekyeon Girls' High School atau setara SMA yang para siswanya menciptakan miniatur hierarki sosial di antara mereka sendiri berdasarkan permainan brutal.

Mereka membagi kelas menjadi pelaku, korban, dan pengamat melalui periode pemilihan bulanan.

Peringkatnya berkisar dari A hingga F, dan siswa dengan peringkat lebih rendah menjadi sasaran pelecehan, ditugaskan membersihkan kelas, menyajikan makanan, dan bahkan mengalami pelecehan emosional dan fisik.

Meskipun visi yang lebih luas di balik plot ini adalah untuk menjunjung tinggi kelemahan masyarakat dengan menyajikan versi mininya melalui pelajar SMA, para pelajar SD hingga SMP boleh jadi bisa salah memahami konsep tersebut.

Kekhawatiran bahwa kekerasan di layar akan membawa dampak buruk dalam kehidupan nyata juga bukan tidak berdasar, mengingat kekerasan di sekolah merupakan kekhawatiran yang mendesak dalam masyarakat Korea.

Faktanya, pada tahun 2022, setelah insiden tragis kerumunan orang di Itaewon yang merenggut lebih dari 150 nyawa, banyak pelajar muda Korea terlihat mengubahnya menjadi “permainan” berbahaya di dalam kelas.