HHmmm... 'Hormon Cinta' dan Keintiman Dapat Meningkatkan Penyembuhan Luka Kulit

Sebuah studi baru dari para peneliti di Rumah Sakit Universitas Zurich dan Universitas Zurich menunjukkan bahwa menggabungkan keintiman fisik dengan oksitosin dapat sedikit meningkatkan penyembuhan luka dan menurunkan stres, tetapi hanya dalam kondisi tertentu.
Penelitian ini menyoroti hubungan penting antara hubungan romantis yang dekat dan kesehatan fisik, serta memberikan pemahaman baru tentang bagaimana emosi dan tubuh kita bekerja sama.
Kita sudah tahu bahwa orang-orang dalam hubungan yang penuh kasih dan suportif seringkali memiliki kesehatan yang lebih baik dan umur yang lebih panjang.
Kontak fisik, seperti berpelukan atau bermesraan, berperan besar dalam membantu orang merasa tenang dan terdukung selama masa-masa stres.
Studi ini berfokus pada apakah oksitosin —hormon yang terkait dengan ikatan dan kasih sayang— dapat meningkatkan manfaat keintiman fisik.
Studi ini melibatkan 80 pasangan heteroseksual dengan usia rata-rata 27 tahun. Setiap orang menerima luka lepuh kecil di lengan bawah mereka. Mereka kemudian diberi semprotan hidung yang mengandung oksitosin atau plasebo.
Beberapa pasangan diminta untuk berpartisipasi dalam tugas apresiasi terstruktur selama 10 menit, di mana mereka mengungkapkan rasa syukur dan merenungkan aspek-aspek positif dari hubungan mereka. Pasangan lainnya melakukan percakapan santai.
Para peneliti melacak penyembuhan luka selama tujuh hari menggunakan sistem penilaian untuk mengukur kemerahan, pembengkakan, dan tanda-tanda penyembuhan lainnya.
Peserta juga membawa perangkat genggam untuk melaporkan seberapa sering mereka melakukan keintiman fisik—seperti berpelukan atau berhubungan seks—dan seberapa stres atau rileks yang mereka rasakan.
Hasilnya kompleks. Oksitosin saja tidak mempercepat penyembuhan, begitu pula latihan apresiasi itu sendiri.
Namun, pasangan yang melakukan keduanya —menggunakan oksitosin dan menyelesaikan tugas apresiasi— menunjukkan penyembuhan yang sedikit lebih baik.
Efek ini tidak kuat, dan ketika peneliti menyesuaikan dengan beberapa hasil outlier, peningkatan tersebut tidak lagi signifikan secara statistik.
Melihat kehidupan sehari-hari, para peneliti menemukan bahwa sentuhan kasih sayang dan seks, ketika dikombinasikan dengan oksitosin, dikaitkan dengan penyembuhan yang lebih baik setelah hari pertama. Namun sekali lagi, efek ini kecil.
Keintiman fisik tampaknya membantu ketika terjadi secara alami dan teratur, terutama pada mereka yang telah menerima oksitosin.
Menariknya, oksitosin tidak membuat orang lebih mungkin bersikap penuh kasih sayang atau intim.
Orang cenderung merasa dekat secara fisik ketika mereka sudah merasa rileks, bukan karena hormon tersebut.
Oksitosin juga tidak menurunkan kadar hormon stres (kortisol) harian dengan sendirinya, tetapi aktivitas seksual yang lebih sering dikaitkan dengan penurunan kortisol, terlepas dari adanya oksitosin.
Pada akhirnya, studi ini menunjukkan bahwa oksitosin bukanlah solusi ajaib untuk penyembuhan atau stres.
Sebaliknya, oksitosin mungkin bertindak seperti "penguat sosial"—memperkuat manfaat dari hubungan yang sudah positif dan penuh kasih sayang.
Kombinasi kedekatan fisik, koneksi emosional, dan kimia alami tubuh dapat membantu orang pulih dari stres dan penyakit.
Para peneliti menyarankan bahwa program kesehatan di masa mendatang dapat berfokus pada cara-cara untuk meningkatkan kualitas hubungan dan keintiman, terutama selama masa penyembuhan dan pemulihan.
Meskipun oksitosin mungkin memiliki peran kecil, oksitosin bekerja paling baik jika dipadukan dengan hubungan dan perhatian yang nyata.
Studi ini dipublikasikan di JAMA Psychiatry.