Jabir Bin Hayyan Ilmuwan dan Filsuf Arab Perintis Pertama dalam Ilmu Kimia (1)
Jabir bin Hayyan adalah seorang ilmuwan dan filsuf Arab. Dia dianggap sebagai perintis pertama dalam ilmu kimia. Dia adalah Abu Musa Jabir bin Hayyan bin Abdullah Al-Azdi. Dia dipanggil dengan nama Al Azdi karena berasal dari kabilah Yaman yang besar yaitu kabilah Azd yang sebagiannya hijrah ke Kufah setelah robohnya Bendungan Ma'rib.
Jabir dilahirkan di kota Thus Iran pada tahun 101 H (720 M), dari seorang ayah yang bekerja di bidang farmasi. Ayahnya dikenal sebagai pendukung Dinasti Abbasiyyah. Dia hijrah dari Kufah ke Thus untuk mengikuti kegiatan kampanye bagi mereka yang ada di Persia. Tetapi inter Dinasti Umawiyyah telah mengintainya, menangkapnya dan mengeksekusinya.
Sedangkan Jabir kembali ke Iraq, dan setelah pemberontakan yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyyah berhasil, dia kemudian menetap di Baghdad dan berhubungan dengan keluarga Baramikah, seorang bangsawan Persia terkemuka. Hubungannya dengan Ja'"far bin Yahya Al Barmaki semakin kuat, sehingga dia membawanya kepada khalifah Harun Ar-Rasyid.
Di hadapan Harun Ar Rasyid, Jabir mengusulkan untuk mendatangkan buku-buku ilmiah Yunani dari Konstantinopel. Akan tetapi setelah terjadi Tragedi Baramikah, Jabir lari ke Kufah dan menetap di sana seraya bersembunyi dari para pendukung khalifah tanpa ada seorangpun dari mereka yang mengetahuinya.
Jejaknya kemudian tidak diketahui kecuali setelah dua abad kemudian dari tahun wafatnya ketika laboratoriumnya ditemukan setelah digusurnya rumah-rumah yang terletak di distrik Bab Damaskus, tempat tinggalnya. Jabir wafat di tempat kelahirannya, Thus pada tahun 197 H (813 M).
Dalam buku 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam disebutkan Jabir bin Hayyan memulai belajarnya dari ilmu agama. Dia berguru kepada Harb Al Hamiri dan Imam Ja'far Ash Shadiq, hingga akhirnya Jabir jadi teman dekat Imam Ja'far. Setelah itu, dia cenderung kepada ilmu tasawuf dan mempelajari filsafat. Fahmi Mathius Ishaq menegaskan dalam bukunya Al Ulama wa Al Muslimun bahwa Jabir menguasai bahasa Yunani dan Latin dengan baik.
Sebelum masa Jabir bin Hayyan, kimia merupakan sekumpulan praktik profesi primitif yang didasarkan kepada pengalaman. Kimia banyak dipergunakan untuk mengawetkan mayat pada masa Mesir kuno, untuk menyamak dan pembuatan barang industri seperti pembuatan barang-barang tambang, kaca, cat, serta menyuling minyak dan parfum.
Sebagaimana sebagiannya ada yang dipergunakan untuk tujuan mengubah hasil tambang yang murah menjadi hasil tambang yang mahal, seperti mengubah besi dan timah menjadi perak, dan mengubah kuningan menjadi emas.
Jabir termasuk orang-orang yang semangat untuk mengadakan penelitian tentang rahasia elixir (cairan yang dapat mengubah barang tambah yang murah menjadi berharga). Semangat memiliki pengaruh positif, karena telah mendorongnya untuk mengadakan penelitian kimia dan mengembangkannya dari kedudukannya pada masa primitif sebagai alkimia menjadi ilmu kimia (chemistry) dengan banyak menambah pengetahuan ilmiah dan teoritis baru, menggagas dasar-dasarnya, cara penyajiannya dan cara pengobatan dengannya, sehingga wajar kalau ilmuwan Arab ini berhak mendapat gelar guru besar kimia.
Dr. Abdul Halim Muntashir menegaskan pendapat lain dalam hal itu, bahwa usaha Jabir dalam bidang penelitian kimia bukan didasarkan sihir dan jampi-jampi, melainkan didasarkan pada metode ilmiah yang benar.
Ada hal yang perlu disebutkan berhubungan dengan peranan Jabir dalam ilmu kimia, yaitu bahwa dia adalah perintis dan peletak batu pertama ilmu kimia. Kemudian setelah itu datang ilmuwan besar seperti Abu Bakar Ar Razi yang melangkah lebih luas lagi dalam bidang kimia, terutama karena setelah Jabir orang-orang masih beranggapan bahwa ilmu kimia bagian dari sihir dan khurafat.