Kanguru Raksasa Berukuran Dua Kali Lipat Manusia Menjelajahi Australia 5 Juta Tahun Lalu
Lima juta tahun kanguru raksasa - bahkan ada yang berukuran dua kali lipat manusia - berkeliaran di Australia selama lima juta tahun lalu, demikian temuan sebuah studi baru.
Para peneliti dari Universitas Flinders telah menemukan tiga spesies baru fosil kanguru raksasa yang tersebar dari gurun Australia hingga hutan New Guinea.
Spesies terbesar, Protenmodon viator, memiliki berat hingga 170kg (375 lbs) dan akan melakukan perjalanan ke Australia tengah dengan anggota tubuhnya yang panjang.
"Kanguru hidup sudah menjadi hewan yang luar biasa, jadi sungguh menakjubkan membayangkan apa yang bisa dilakukan oleh kanguru raksasa aneh ini," kata Dr Isaac Kerr, penulis utama penelitian ini, seperti dilansir Dailymail.
Ayam prasejarah ini terlihat seperti kanguru abu-abu modern, meski lebih jongkok dan berotot.
Para peneliti yakin mereka muncul sekitar lima juta tahun lalu dan punah sekitar 40.000 tahun lalu.
Kanguru purba terkecil ini memiliki berat sekitar 50 kg (110 lbs), kira-kira sama dengan ukuran kanguru Grey Timur masa kini.
Spesies terbesar berukuran sekitar dua kali lebih besar dari kanguru merah jantan dewasa, yang tingginya bisa mencapai 1,8m (5ft 10').
Luar biasa, meskipun ketiga spesies baru ini semuanya anggota keluarga yang sama, mereka semua menjalani kehidupan yang sangat berbeda.
Catatan fosil mengungkapkan bahwa spesies yang berkerabat dekat ini beradaptasi secara khusus terhadap lingkungan unik mereka dan bahkan melompat dengan cara yang berbeda.
"Spesies Protemnodon yang berbeda kini diketahui menghuni berbagai habitat, mulai dari Australia tengah yang gersang hingga pegunungan dengan curah hujan tinggi dan berhutan di Tasmania dan New Guinea," tutur Dr Kerr.
Viator Protemnodon raksasa mengambil namanya dari bahasa Latin yang berarti 'musafir' karena kakinya yang panjang sehingga memungkinkannya melompat dengan cepat dan efisien.
Namun, dari empat Protemnodon yang kini dikenal sains, hanya satu yang benar-benar berkaki dua.
Para peneliti mengatakan bahwa yang lain akan bergerak seperti Quokka modern, kebanyakan melompat dengan empat kaki dan hanya sesekali melompat.
Dr Kerr mengatakan,"Seekor kanguru yang besar namun bertulang tebal dan kuat, kemungkinan bergerak cukup lambat dan tidak efisien. Ia mungkin jarang melompat, mungkin hanya ketika terkejut."
Protemnodon dowsonae, spesies baru ketiga, mungkin merupakan pelompat berkecepatan menengah - meskipun fosil yang langka membuat kehidupan hewan ini semakin menjadi misteri.
Spesimen pertama spesies Protemnodon ditemukan pada tahun 1875 oleh Sir Richard Owen, ilmuwan zaman Victoria yang menciptakan istilah dinosaurus.
Dengan melihat fosil gigi, Owen sampai pada kesimpulan bahwa ada enam spesies Protemnodon yang berbeda.
Namun, hanya satu spesies Owen yang teridentifikasi, Protemnodon anak, yang masih diakui secara ilmiah.
Kesulitan dalam menilai kanguru purba ini berasal dari fakta bahwa tulang mereka sering ditemukan terisolasi, sehingga kerangka lengkap menjadi sangat langka.
Hal ini baru berubah setelah serangkaian fosil lengkap ditemukan di Danau Callanbonna di Australia Selatan pada tahun 2013, 1018, dan 2019.
Untuk mengidentifikasi spesies baru ini, Dr Kerr mengunjungi 14 museum di empat negara, memotret dan memindai lebih dari 800 spesimen.
Dengan menilai 'hampir setiap bagian dari Protemnodon yang ada', Dr Kerr dan rekan-rekannya mampu mengidentifikasi ciri-ciri khas dan adaptasi spesies baru tersebut.
Para peneliti berharap penelitian ini akan membantu ahli paleontologi masa depan mempelajari kanguru purba dengan lebih mudah.
Penemuan mereka bahkan dapat membantu menjelaskan mengapa spesies raksasa ini punah sementara kanguru abu-abu dan merah terus berkembang biak.
Profesor Gavin Prideaux, salah satu penulis studi tersebut, menambahkan,"Fosil dari genus ini tersebar luas dan ditemukan secara teratur, namun seringkali Anda tidak yakin spesies mana yang Anda lihat."
"Studi ini dapat membantu peneliti merasa lebih percaya diri ketika bekerja dengan Protemnodon."