Didaktika

Sambut Hari Film Nasional, Begini Langkah Kemendikbudristek

Ilustrasi Hari Film Nasional

Menyambut Hari Film Nasional, kita merenungkan transformasi monumental yang telah dialami oleh industri film Indonesia, membuka era keemasan baru dalam era baru perfilman nasional.

Transformasi ini adalah buah dari dedikasi tanpa henti Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, yang telah bekerja keras untuk mengangkat ekosistem perfilman di tanah air.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada tahun 2023, perfilman Indonesia mencapai puncaknya dengan penampilan mengesankan 50 judul film di 24 festival film internasional di 18 negara, sebuah pencapaian yang mengukuhkan posisi Indonesia di panggung film global dan menandai Indonesia sebagai pesaing kuat di pasar film internasional.

“Capaian ini merupakan momen paling gemilang dalam sejarah perfilman kita, membuktikan strategi dan dukungan
pemerintah dalam mengangkat industri film kita ke tingkat berikutnya,” ujar Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media.

Peringatan Hari Film Nasional juga menjadi momentum untuk menyoroti berbagai program peningkatan literasi dan apresiasi film, seperti Indonesiana Film dan berbagai inisiatif lain yang memperkaya keterampilan dan jaringan para sineas muda Indonesia.

“Strategi ini bertujuan untuk menjaga animo penonton, meningkatkan kehadiran film Indonesia di tingkat internasional, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produksi film,” ujar Mahendra.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia juga telah mengambil langkah strategis dalam mendukung peningkatan literasi dan apresiasi film melalui berbagai program.

Salah satunya adalah Indonesiana Film, sebuah lokakarya penulisan skenario yang dibimbing oleh profesor dari University of Southern California, yang berfokus pada pengembangan narasi lokal Indonesia.

“Program ini bertujuan untuk menghasilkan cerita-cerita yang kuat dengan nilai-nilai moral dan kearifan lokal, sekaligus meningkatkan eksposur dan pendapatan daerah tempat syuting,” ujar Mahendra.

Sampai saat ini, Bank Naskah Indonesiana Film telah menghasilkan 33 naskah yang meliputi, 4 naskah tahun 2020, 10 naskah di tahun 2021, 9 naskah di tahun 2022, dan 10 Naskah di tahun 2023.

Selain itu, terdapat beberapa inisiatif lain seperti Layar Indonesiana yang menyelenggarakan kompetisi produksi film pendek untuk sineas muda, dan Lock x Full Circle Lab yang meningkatkan kapasitas penceritaan sinematik serta jaringan internasional.

MyLab+@Jogja 2023 berperan sebagai inkubator bagi para penulis naskah, sutradara, dan produser untuk mengembangkan proyek dengan bantuan pakar internasional, yang pada tahun tersebut memilih 6 proyek dengan total 17 peserta.

Sementara itu, Idoclab 2023 merupakan program khusus untuk mendukung pembuat film dokumenter Indonesia dalam mengembangkan narasi dan keterampilan produksi.

“Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan upaya berkelanjutan pemerintah dalam mengembangkan industri perfilman yang tidak hanya kreatif tetapi juga kompetitif di panggung global,” jelas Mahendra.

Kemendikbudristek juga secara konsisten mendukung Festival Film Indonesia (FFI), yang telah berdiri sejak tahun 1955, dan festival film regional.

Sepanjang 2023 Kemendikbudristek juga memfasilitasi lebih dari 20 festival film dari Sabang sampai Merauke termasuk BALINALE (Bali International Film Festival), Lake Toba Film Festival, UI Film Festival (UI), Kenduri Serumpun Melayu Film Festival di Jambi, Jogja Asian NetPAC Film Festival (JAFF), Flobamora Film Festival di NTT dan masih banyak lagi.

Hal ini bertujuan mengapresiasi karya seniman lokal serta mengidentifikasi dan mengasah bakat-bakat muda dalam rangka menguatkan ekosistem perfilman nasional.

Mahendra juga menjelaskan bahwa Kemendikbudristek mengorganisir pemutaran khusus alias nonton bareng (nobar).

''Hal ini dilakukan untuk mempertahankan minat penonton, menjaga aksesibilitas dan apresiasi terhadap film Indonesia,” jelasnya.

Program ini telah diselenggarakan di 29 kota dari tahun 2020 hingga 2023, dengan jumlah penonton yang terus meningkat secara signifikan dari 6.332 penonton di tahun 2020, menjadi 5.095 di tahun 2021, melonjak ke 9.186 di tahun 2022, dan berjumlah 10.952 di tahun 2023.

Film-film yang memperkaya jalinan budaya seperti ‘Nyanyian Akar Rumput’, ‘The Science of Fiction’, dan ‘Perempuan Tanah Jahanam’ telah dipertontonkan, merefleksikan kekayaan dan keragaman sinema Indonesia. Ini menunjukkan tidak hanya keberhasilan dalam mempromosikan karya lokal tetapi juga peningkatan minat dan dukungan masyarakat terhadap
industri film nasional.

Kegiatan serupa juga diadakan di luar negeri bekerja sama dengan sejumlah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sebagai bentuk upaya pemerintah dalam membawa film Indonesia ke panggung global.

Di sisi lain, Kemendikbudristek juga mengakui peran penting komunitas film lokal melalui inisiatif AFI (Apresiasi Film Indonesia), yang telah berkolaborasi dengan Cinema Poetica dan Rangkai.id untuk mendata komunitas film.

Sejak dimulai pada tahun 2022, program ini telah menjangkau 79 komunitas di 10 kota.

Pada tahun 2023, program ini diperluas dengan penelitian di 5 kota baru dan 3 kota dengan program
tindak lanjut, menunjukkan sepanjang tahun 2023, terdapat lebih dari 20 film* yang memiliki penonton lebih dari 1 juta orang, seperti ‘Sewu Dino’ (4.891.609), ‘Air Mata di Ujung Sajadah’ (3.127.671) dan ‘Petualangan Sherina 2’ (2.414.504), menunjukkan diversifikasi genre dan minat penonton yang luas.

“Untuk beberapa film kami fasilitasi menggunakan anggaran Kemendikbudristek untuk mengorganisir pemutaran khusus atau nobar. Kami ingin minat penonton terjaga dan angka capaian jumlah penonton di 2023 mencerminkan meningkatkannya apresiasi masyarakat terhadap film-film nasional dan menunjukkan adanya pertumbuhan yang stabil dalam industri perfilman di Indonesia,” ujar Mahendra.

Penguatan Distribusi Film
Kemendikbudristek telah meluncurkan platform Indonesiana.TV sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Episode 13 dengan tema "Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana" pada tanggal 3 September 2021.

“Platform ini dirancang sebagai pustaka, sarana diseminasi, dan tempat berekspresi kebudayaan yang bertujuan untuk menjadi media promosi dan diplomasi, pustaka konten kebudayaan, serta wadah berekspresi keberagaman dan kerja
sama,” jelas Mahendra.

Dengan perpustakaan yang saat ini memiliki lebih dari 1.544 judul, Indonesiana.TV dapat diakses melalui situs web, aplikasi seluler, dan saluran Indihome, memperluas jangkauan dan menguatkan distribusi film Indonesia baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.

Selain itu, Kemendikbudristek memberikan dukungan melalui travel grant untuk sineas Indonesia yang berpartisipasi di festival film internasional, menyediakan akomodasi perjalanan sebagai upaya nyata pemerintah dalam memperkuat ekosistem perfilman nasional tanpa mengintervensi proses kreatif.

Selain itu Kemendikbudristek juga telah membuka program Fasilitasi Bidang Kebudayaan kategori sinema mikro melalui bantuan Dana Indonesiana. Sebanyak 39 komunitas film telah difasilitasi bantuan Program Sinema Mikro Dana Indonesiana yang beberapa di antaranya telah memanfaatkan bantuan tersebut dengan menggelar pemutaran film di daerah-daerah yang belum memiliki gedung bioskop.

“Fasilitasi Bidang Kebudayaan Sinema Mikro tidak hanya digunakan sebagai ruang bioskop alternatif namun lebih menjadi dukungan kepada komunitas dalam rangka meningkatkan jumlah ruang-ruang pertemuan kebudayaan berbasis audio-visual,” ujar Mahendra.

Industri film Indonesia saat ini sedang mengalami masa keemasan yang menandai periode signifikan dalam sejarah perfilman nasional.

Salah satu indikator paling mencolok dari kesuksesan ini adalah dominasi pasar film Indonesia, yang sempat menguasai sekitar 61% pangsa pasar penonton di dalam negeri pasca pandemi Covid-19, mengungguli pangsa pasar film impor yang berada di angka 31%.

Pencapaian ini tidak hanya menunjukkan preferensi kuat penonton terhadap produksi lokal, tetapi juga menandakan kebangkitan industri perfilman nasional yang semakin mampu bersaing dengan film-film asing.

“Dengan fokus pada peningkatan kualitas dan visibilitas film Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional, serta pengembangan SDM dan infrastruktur pendukung, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk memposisikan diri sebagai pemain penting dalam industri film global. Melalui komitmen dan strategi yang komprehensif, masa depan perfilman Indonesia tampak cerah, dengan potensi yang besar untuk terus tumbuh dan berkembang,” kata Mahendra.

Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional, Kemendikbudristek juga telah mengorganisasi serangkaian acara yang kaya dan beragam untuk merayakan sinema Indonesia dan para pembuatnya.

Kegiatan-kegiatan yang digelar mencakup pemutaran film klasik Usmar Ismail di kota kelahirannya, diskusi dan nonton bareng inklusif, pameran karya seni yang mendukung film, serta penghormatan kepada legenda perfilman Indonesia.

Ada pula program nonton bareng di kerjasama dengan bioskop XXI, CGV, dan Cinepolis, serta pembagian tiket gratis,
yang memungkinkan lebih banyak penonton menikmati karya-karya terbaik film nasional.

Inisiatif ini merupakan bukti nyata dari komitmen Kemendikbudristek untuk tidak hanya merayakan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap film-film Indonesia, serta memperkuat identitas budaya nasional melalui medium film.