Momen Seru Peluncuran Buku Networking: Seni Nyetor (dan Cari) Muka untuk Profesional
Ketika menyebut kata 'networking', boleh jadi yang terlintas dalam benak kita adalah jejaring pertemanan yang berujung pada kemudahan untuk memperoleh pekerjaan atau adanya peningkatan penghasilan.
Namun, bagi seorang William atau yang dikenal juga dengan julukan "William Ndut", makna 'networking' sedikit berbeda.
Bagi dia, perjalanan networking seseorang dapat dikelompokkan ke dalam tiga fase, yakni fase struktural, strategis, dan simbolis.
Setiap fase memiliki perspektif, kebutuhan, dan aturan main yang berbeda-beda.
Sementara itu, artikel dan buku bertemakan networking umumnya memberikan panduan layaknya sebuah resep.
Tidak ada yang salah dengan itu, namun diperlukan juga buku yang dapat menantang pembaca untuk merefleksikan cara memposisikan diri dalam berbagai situasi networking dan memberikan tuntunan untuk kebutuhan networking yang berbeda-beda.
Inilah yang melatarbelakangi penulis dan praktisi komunikasi Indonesia itu untuk merilis buku kelimanya dengan judul “Networking: Seni Nyetor (dan Cari) Muka untuk Profesional”.
Buku ini mengajarkan pembaca untuk memaksimalkan setiap kesempatan networking yang unik, kontekstual, situasional, dan sesuai dengan keadaan pribadi masing-masing pada saat networking itu terjadi.
Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui di fase mana Anda berada, merumuskan langkah-langkah nyata
untuk mencapai fase simbolik dan menemukan jawaban yang relevan tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencapai hal-hal besar, yang mungkin selama ini hanya menjadi angan-angan melalui networking.
Buku ini tidak menempatkan networking sebagai sesuatu yang sifatnya mekanis. Alih-alih menyuapi dengan panduan, buku ini menantang untuk merefleksikan bagaimana memposisikan diri dalam berbagai situasi networking dan menuntun
menentukan takaran yang pas untuk keinginan dan kebutuhan networking yang berbeda-beda.
''Jadi, setelah membaca halaman terakhir, kamu tidak sekeaar mengetahui “tiga strategi networking yang efektif” yang bisa kamu dapatkan dari 1-2 menit berselancar di internet, tapi kamu akan mengerti secara utuh apa saja yang perlu dan tidak perlu kamu lakukan untuk memaksimalkan setiap kesempatan networking yang unik, yang kontekstual, yang situasional, dan yang sesuai dengan keadaan hidupmu pada saat networking itu terjadi,'' ungkap William dalam ajang peluncuran buku yang berlangsung diKantor Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Selanjutnya, buku ini menempatkan networking sebagai sebuah seni.
Menurut William, dalam hidup ini, kita banyak menghadiri atau “nyetor muka” di acara, forum, seminar, pesta, dan kegiatan sosial lainnya serta berinteraksi secara 1-on-1 dan kelompok dengan pihak tertentu.
''Ketika saya menempatkan networking sebagai sebuah seni, saya berpandangan bahwa kemampuan networking yang kita miliki, terlepas di fase mana kita berada dan apa latar belakang kita atau keluarga kita, bisa membantu kita selangkah lebih dekat untuk menghasilkan masterpiece atau magnum opus atau karya agung dalam kehidupan sosial kita,'' ujarnya.
Seni networking akan membantu kita lebih dari sekadar “nyetor muka” dalam berbagai interaksi sosial, tapi juga “cari muka” untuk membuat kehidupan profesional dan tidak menutup kemungkinan untuk kehidupan personal kita kian mentereng.
''Bayangkan, kalau ibumu bintang film terkenal dan ayahmu petinggi perusahaan nasional, mungkin networking adalah hal yang normal dan tak pernah terasa janggal. Tapi, kalau kamu orang biasa dan tidak berkuasa, networking bisa saja beda nuansa dan untuk memulainya terasa sangat susah. Izin mengingatkan, saya bukan pemimpin industri atau anak bupati, tapi networking membuat salah satu buku karya saya sampai ke tangan Presiden RI. Saya juga mendapat surat rekomendasi beasiswa untuk kuliah di Australia dari seorang mantan menteri,'' kata William.
Selain menjadi dosen di Universitas Indonesia dan telah diundang untuk mengisi kuliah tamu di berbagai universitas negeri dan swasta nasional dan internasional, dia juga menjadi konsultan untuk proyek-proyek luar negeri dan selebriti.
Apa yang membuat hal ini jadi mungkin? Tidak lain tidak bukan adalah pemahaman bahwa networking adalah sebuah seni.
Buku ini akan membantu kita menjadi “seniman” networking yang mampu bertindak dan akhirnya menuliskan kisah-kisahmu sendiri yang sarat makna dan rasa.
Jadi, selamat membaca dan menjemput berkah.